Kisah Pemulung Yang Menjadi Jutawan


"Kehidupan itu ibarat...tiada gelombang yang indah tanpa menerjang karang." Eit...! Jangan salah, kata-kata itu bukan muncul dari Khalil Gibran. Tapi terlontar dari seorang Sunarno, seorang mantan pemulung yang kini berhasil membalikkan sejarah hidupnya dan merenda sebuah cerita ajaib (The Magic Story). Orang seperti Sunarno ini menjadi bukti nyata dari kata-kata para bijak bestari; keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Keberhasilan itu buah dari keberanian menghadapi tantangan dan mengenyahkan segala rintangan. Dan Sunarno berhasil karena jiwa entrepreneurship yang dipadu dengan lahan bisnis yang pas dengannya; bisnis direct selling (MLM).

Memang, salah satu keistimewaan bisnis MLM adalah karena bisnis ini bisa dilakoni semua orang. Apa pun itu latar belakangnya. Relatif tanpa harus punya modal besar dan pendidikan tinggi. Direct selling mencatat sejumlah cerita ajaib. Tak sedikit “orang kecil” –seperti pemulung, tukang es batu, kuli panggul, tukang sol sepatu, tukang las, tukang setrum ikan, dan lain-lain– bisa berhasil jadi “orang besar” karena menekuni bisnis ini. Sunarno hanya salah satu contoh dari sekian banyak wong cilik tersebut. Mungkin di luar bayangan kita, bagaimana bisa seorang pemulung yang hanya tamatan SD dalam tempo relatif singkat bisa keliling dunia dan jadi jutawan? Tapi Sunarno membuktikannya!

“Saya sendiri tidak pernah membayangkan setelah menemukan usaha ini, ternyata kok lebih cepat daripada rekan-rekan yang lebih mapan dan lebih berpendidikan,” tutur ayah tiga anak yang kini tidak lagi mencari nafkah dengan mengais-ngais sampah. Prestasi yang diraihnya memang paling meroket dibanding semua rekannya. Cuma dalam kurun 27 bulan ia berhasil menempati peringkat Senior Network Director, posisi tertinggi di MLM Forever Young Indonesia (FYI). Jaringannya kini sudah lebih dari 100 ribu orang, tersebar di seluruh Indonesia. Seiring dengan itu, penghasilan di atas Rp15 juta per bulan, fasilitas sepeda motor, mobil, rumah, serta berbagai bonus wisata ke luar negeri telah ia nikmati.

Namun Sunarno juga tidak melupakan sejarah. Makanya ketika memperoleh fasilitas rumah, ia memilih di Mojosongo, Solo, Jawa Tengah. Itu adalah daerah yang ia huni dulu saat masih jadi pemulung. Bedanya, kalau dulu banyak orang yang meremehkan, sekarang lain. Bila lingkungan warga butuh sesuatu, ia yang lebih dulu dimintai sumbangan. Menurutnya, untuk bisa berhasil di bisnis MLM tidak butuh modal besar. “Sing penting niat dan mau. Itulah modal yang paling utama,” tandas Sunarno. Siapa pun bisa. Dan tidak perlu jadi pemulung dulu seperti dirinya.

Berikut adalah hasil wawancara antara Sunarno dengan David S. S dan Edy Zaqeus yang berlangsung di sela-sela perayaan ulang tahun FYI di PRJ Kemayoran beberapa waktu lalu:

Bagaimana kisah Anda dulu hingga bisa jadi pemulung?
Saya lahir di Solo, 5 Agustus 1961, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dengan latar belakang keluarga “dari bawah”. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan memaksa saya berhenti sekolah begitu tamat SD. Tak lama berselang, kedua orangtua saya meninggal sehingga saya makin merasakan kepahitan hidup. Saya terpaksa ikut orang ke beberapa kota untuk menyambung hidup. Istilahnya, jadi kacunglah. Tapi itu tidak lama saya lakoni. Ketika kembali ke Solo, saya akhirnya memutuskan jadi pemulung. Semua ini terbentuk dari kehidupan yang seperti itu. Kenapa jadi pemulung? Saya sendiri juga heran.


Sumber : www.pembelajar.com

0 comments:

Copyright © 2008 - Tips Bisnis Mingguan - is proudly powered by Blogger
Blogger Template